Kontributor Topik:
Mas Dr. Siswanto, Madura, 26 Maret 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Mohon sering... ee... maksudnya apa ya... Siwo, siapakah yang dimaksud dengan Ahli-Rumahnya Nabi Muhammad, dan menurut sepengetahuan Siwo dari zaman bapak (ee.. apa ya, zaman bapak, katanya gitu)..., ee... ya barangkali itu pertanyaannya. Siapakah yang disebut dengan Ahli-Rumah Nabi Muhammad?
Ahli-Rumah Muhammad itu juga disebut sebagai Ahlul-Bait Nabi saww. Satu kata, satu kalimat, tetapi pemaknaannya bisa berbeda.
Ada komunitas yang memaknai istilah dengan sangat luas, yaitu semua ummat Muhammad, jadi semua orang yang bersyahadat, semua masuk sebagai Ahlul-Bait Nabi. Jadi semua ummat Muhammad adalah Ahlul-Bait Nabi, ini saya dapati sebagai makna yang paling luas. Ada komunitas yang memahaminya lebih sempit, yaitu bahwa yang disebut Ahlul-Bait Nabi adalah keluarga Nabi, ada istri, ada anak, ada cucu, mertua, dsb. Ada yang lebih sempit lagi, keturunan Nabi saww yang melalui FatimatuzZahro, ada yang melalui Sayyidina Hasan, ada yang melalui Sayyidina Husain. Ada yang lebih sempit lagi, yaitu yang dikaitkan dengan fisik rumah Nabi (rumah pemberian Abu Ayyub al-Anshori), yang didalamnya ada Sayyidina Ali, Sayyidatuna FatimatuzZahro & putra-putrinya. Ada juga komunitas tertentu yang memahami Ahlul-Bait Nabi itu, tidak berdasarkan itu semua, tapi berdasarkan dalil-dalil yang dari nash. Menurut komunitas ini, yang dimaksud Ahlul-Bait Nabi adalah keturunan Nabi, tetapi hanya Baginda Rosul.
Kepada Mas Dr.Siswanto di Madura... Monggo Panjenengan mau pilih mana, ada beberapa pemahaman. Berbeda memang, antara pemahaman yang satu dengan yang lain. Tapi berbeda itu bukan pertentangan. Perbedaan itu saling melengkapi, sedangkan pertentangan itu saling meniadakan. Mohon perbedaan ini jangan disikapi dengan pertentangan. Justru karena adanya perbedaan itulah, antara lain, menjadikan adanya acara sharing seperti ini. Kalau semuanya sama, kan tidak butuh sharing lagi to....
Yang penting, manakala kita berproses, terus mencari kebenaran yang lebih tinggi. Pada saat kita mendapati kebenaran yang lebih tinggi, maka kita ambil kebenaran yang lebih tinggi itu, tanpa kita harus mencela kebenaran sebelumnya.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |