Kontributor Topik:
Mas Taufik, Tangerang, 25 Juni 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Cinta itu seperti apa sebenarnya Siwo? Yang mapan, yang ramah, yang indah, yang benar itu seperti apa?
Cinta adalah ikatan antar hati, mungkin juga disebut sebagai ikatan jiwa, ikatan antar personal yang sifatnya batiniah. Cinta dengan berbagai macam ragamnya, ada cinta yang suci, ada cinta yang kotor, ada cinta yang bermutu ada cinta yang tidak bermutu. Cinta adalah akibat, dan sebuah akibat pasti ada sebabnya. Kalau sebabnya bermutu, cintanya akan bermutu. Kalau sebabnya tidak bermutu, cintanya juga tidak bermutu. Salah satu contoh cinta yang tidak bermutu adalah kalau sebab dari ketertautan hati dengan hati itu disebabkan oleh ketertarikan harta. Cinta yang bermutu misalnya sebabnya karena keterpesonaan seseorang kepada kesucian pribadinya, ya.. itu cinta yang lebih lembut dan lebih bening, tapi lebih kuat, sulit untuk putus kalau cinta yang seperti itu. Cinta yang paling bermutu adalah adanya ikatan antara hati dengan hati tapi sebabnya adalah nilai-nilai ketuhanan.
Tentang mapan, indah, benar, itu seperti apa? Tentang mapan dan indah itu sangat subjektif. Berbeda dengan kebenaran. Kebenaran mempunyai syarat-syarat dan batasan-batasan yang jelas. Kebenaran rasional syarat-syaratnya adalah kekuatan argumentasi, sumbernya adalah teks wahyu dan hadist atau sabda para figur kebenaran. Dan kebenran rasional itu juga dipengaruhi oleh seberapa kemampuan seseorang untuk menata dan memahami dan mendudukan argumentasi, sehingga kebenarannya bisa sangat beragam, bisa berbeda antara kebenaran rasional orang satu dengan orang lain. Ada kebenaran lain yang lebih bermutu, yaitu yang dia landasan dasarnya adalah kesucian.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |