Kontributor Topik:
Mas Wibisono, Jati Bening, 18 Juni 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Apakah maqom tajrid dan kasyf itu kita yang menentukan atau Alloh yang menghendaki?
Saya kurang memahami dengan istilah-istilah itu. Apakah yang disebut maqom tajrid, itu saya tidak menguasai apa maksudnya. Kemudian maqom kasaf, saya juga kurang memahami apa maksud maqom yang mana itu. Terus adanya maqom itu atas kehendak kita atau atas kehendak Alloh? Mungkin yang dimaksud Mas Wibisono orang-orang yang sudah sampai pada maqom itu, jadi orang-orang yang sudah sampai ke maqom itu, tingkat itu, itu atas kehendaknya atau atas kehendak Alloh? Karena saya memang tidak memahami jelas tentang nama-nama maqom itu, em.. sehingga saya tidak berani masuk kesana. Saya hanya akan mencoba bahwa maqom-maqom spiritual itu bertingkat-tingkat, namanya bisa bermacam-macam. Maqom kesucian misalnya, maqom kesucian itu juga bertingkat-tingkat, apakah seseorang yang sudah sampai kepada maqom kesucian satu misalnya, ada yang sampai pada maqom kesucian dua, ada orang yang maqomnya itu maqom kesuciannya sampai dia mampu menyentuh alam-alam mukasyafah. Mukasyafah itu dia mampu melihat dengan spiritualnya, mata hatinya, bukan dengan fikirannya. Itu sering disebut sebagai kasaf, tapi saya jarang mendapatkan pembahasan dan pelajaran bahwa itu maqom. Untuk bisa seperti itu, itu ada syarat-syarat kesucian spiritual tertentu, kesucian jiwa kita. Sepanjang yang saya tahu, moqom-maqom seperti itu adalah maqom-maqom spiritual. Orang yang mampu mencapi maqom kesucian tingkat satu, misalnya, itu prestasi luar biasa, dia pasti penuh dengan... em.. perjuangan-perjuangan, penuh dengan pengorbanan-pengorbanan, khususnya perjuangan didalam rangka memenej egonya.
Orang sampai kemaqom kesucian itu, atas kehendak kita atau kehendak Alloh?. Ilmu saya menjawabnya begini: Alloh itu Maha Baik, Alloh menghendaki semua yang baik-baik. Alloh menghendaki kita berbuat baik, dan Alloh memberikan sarana kepada kita agar kita menjadi baik, Alloh juga memberikan hukum hukum hukum hukum yang hukum itu untuk mendorong agar manusia berbuat baik. Namun demikian, manusia diberi kehendak bebas untuk mau menapaki tahapan kebaikan itu atau tidak. Kehedak Alloh itu secara global bisa dibedakan dalam dua ketegori. Yang satu adalah kehendak takwini, yang satu kehendak tasyri'i. Kita diberi-Nya fikiran, diberik-Nya nurani, diberi-Nya agama, diberi-Nya petunjuk-petunjuk Tuhan, diberi-Nya utusan-utusan Tuhan, dikirimkan-Nya Rosul-Rosul Tuhan, diperintahkan-Nya bertaubat, diperintahkan-Nya kita untuk pemaaf, diperintahkan-Nya kita untuk jangan pemarah, jangan egois, itu semuanya adalah kehendak-kehendak Alloh agar kita menjadi suci dengan segala sarananya yang sudah diberikan kepada kita. Jadi kalau kita menjadi suci bukan prestasi kita sendiri, bukan sama sekali. Tetapi setiap ada pretasi kesucian disana ada faktor Tuhan yang bekerja, karena Tuhan menghendaki manusia itu menjadi suci.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |