Kontributor Topik:
Mas Hajirin, Tangerang, 26 Maret 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Mohon sharingnya Siwo, kaitan antara Waspada Niat dengan Kesadaran Diri dan bagaimana cara untuk meningkatkan kesadaran diri?
Kalau masalah niat kita kan sudah jelas ya Mas. Tentang waspada niat kita kan punya formula yaitu Bismillah, atas nama Alloh. Kalau kita bisnis hanya untuk mencari uang, maka kita pasti akan rugi kita. Kita berbisnis atas nama Tuhan, saya ini seorang hamba yang diperintah Tuhan untuk berbisnis. Saya adalah seorang suami, bisnis adalah kewajiban dari Tuhan..., jadi kita berbisnis itu atas nama Tuhan, bukan atas nama uang. Nanti uang itu ikut, uang itu hanya akibat saja kok.
Amal kita akan menjadi amal yang lintas kehiduapan, lintas alam, pesawat ulang-aliknya ya niat itu. Minum itu bisa membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Berteman, bisa membawa kita lebih dekat kepada Alloh, lebih dekat kepada Sumber kesuksesan, lebih dekat kepada Sumber kebahagiaan, tidurpun bisa. Itu tergantung kepada niat kita, tapi harus memenuhi syarat-syarat kebenaran. Jadi niatnya benar, caranya benar.
Kalau kita bisnis tapi bismi-nya bukan bismilah tapi bismi uang, maka ya sudah, dapatnya uang doang, itupun kalau laba, kalau rugi? maka akan hacur deh luar dalam. Tapi kalau kita bisnisnya bismillah, kita bisnis ini karena diperintah oleh Tuhan, maka tempat bisnis kita menjadi masjid, menjadi gereja, menjadi vihara, karena kita sedang beribadah. Dan kita tidak akan mengotori ibadah kita, ibadah bisnis kita itu dengan tipu menipu, dengan ketak-jujuran, apalagi dengan korupsi, dan lain-lain. Tapi.., karena kita sudah didoktrin bahwa tempat ibadah itu hanya di masjid, gereja, vihara..., maka jadinya, kantor itu bukan tempat ibadah, pasar itu bukan tempat ibadah. Mestinya kita menjadikan seluruh nafas kita itu menjadi masjid kita, sehingga seluruh nafas kita itu bisa kita jadikan ibadah, kita bisa beribadah 24 jam sehari.
Terus, apa hubungannya dengan kesadaran diri? Itu tergantung definisi kesadaran itu apa. Ada orang yang kesadaran dirinya menyatakan bahwa sumber kebahagiaan adalah uang, ya mungkin kesadarannya di situ, haltenya di situ, kalau dia berheti.. ya sudah, dia akan terjebak di situ. Ada orang yang kesadaran dirinya sudah bernuansa ketuhanan, sehingga semua digantungkan kepada Tuhan, semua dia alirkan dirinya menurut aliran Tuhan, semua dia pilih taqdirnya yang akan menuju kepada taqdir-taqdir yang dikehendaki oleh Tuhan.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |