Kontributor Topik:
Mbak Meri, Jakarta, 28 Mei 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Ingin mengetahui bagaimana cara melatih diri untuk tidak menangis disaat orang yang kita sayangi, orang yang kita kasihi pergi meninggalkan kita? Dan kemudian dimulai darimana? Bagaimana cara melatih hal tersebut? Langkah-langkah yangnya seperti apa?
Yang pertama perlu disini perlu dibedakan antara ikhlas dan ridho. Ikhlas itu terkaitnya itu dengan gerakan kita keatas dalam ikhtiar perjuangan penghambaan kita kepada Alloh, untuk meluruhkan keegoan dan diri kita dibawah dominasi ketuhanan, disana perlu adanya kemurnian, fokus tujuan kita, dan kita waspada dalam niat kita. Konon dengan bahasa sederhana pada bahasa Indonesia, ikhlas itu mengandung makna "Murni", maksudnya murni dalam penghambaannya, atau bahasa lain yang sudah memasyarakat yaitu Lillahita'ala atau bismillah, bukan bismi yang lain-lain. Kemudian dalam rangka bagaimana kita mensikapi apa-apa yang terjadi dalam diri kita, banyak kejadian-kejadian yang kadang kita tidak ingini, kita tidak sukai. Untuk memposisikan diri terhadap seluruh kejadian-kejadian yang terkait dengan diri kita, dibutuhkan suatu nilai agar mampu mengambil hikmah dari kejadian-kejadian tersebut juga dalam rangka meluruhkan diri kita dalam nilai dominasi ketuhanan, nilai itu disebut dengan rela atau ridho. Kalau kita tidak rela terhadap sesuatu yang sudah terjadi dalam diri kita maka kita tidak mungkin untuk menapak lebih tinggi yang disebut dengan ikhlas. Jadi seseorang sebelum dia bisa bergerak naik, seseorang itu harus mampu memenej apa yang ada dikaruniakan kedalam dirinya, sebelum kita bisa ikhlas maka kita harus punya pondasi rela atau ridho terhadap seluruh apa yang terjadi dalam diri kita.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |