Kontributor Topik:
Mas Alwi, Depok, 04 Juni 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Apakah batasan-batasan untuk berfikir, apakah batasannya itu wahyu atau hadist ataukah agama?
Manusia itu punya fisik dan non fisik, punya jasmani dan rohani. Didalam yang rohani itu disana ada aql dan ada nafs, aql sering juga disebut sebagai nurani. Dalam rangka menghubungkan kehendak batin ke bentuk-bentuk aksi yang fisikel, batin kita itu memerlukan pasukan-pasukan indra dan pasukan indra yang fisik tersebut diperintah oleh otak. Jadi otak itu mempunyai posisi yang strategis, dia sebagai jembatan penghubung untuk mengeluarkan kehendak batin kedalam bentuk aksi fisik. Sementara jmelaui otak pula manusia mencerap pemahaman-pemahaman melalui cerapan indra yang kemudian bisa dihayatkan kedalam hati. Kegiatan otak yang seperti itu disebut dengan berfikir.
Apakah hanya dengan otak saja manusia bisa berfikir? Tidak. Otak berfikir manakala disuplai oleh energi spiritual, yaitu oleh aql atau oleh nafs. Sehingga disini perlu dibedakan antara berakal dan berfikir. Akal atau bahasa tekhnisnya aql, itu adalah murni batiniah. Lawan dari akal atau aql adalah nafs atau nafsu. Sedang berfikir adalah kerjasama antara otak dan batin. Kemudian disini nanti kita bisa kaitkan bahwa berfikir itu mempunyai batas-batas tertentunya dan tidak mampu melampaui batasan-batasan maksimalnya. Karena logika, daya rasional, filosofis itu masih menggunakan mata fikir. Dan mata fikir itu terkait dengan alat yang dipakai yaitu otak. Karena sarana alat fisik (otak) itu terbatas terbatas, maka kemampuan juga dibatasi oleh potensi-potensi yang ada didalam kediriannya. Kemudian ada alat lagi yang lebih tinggi, kapasitas kemampuannya juga lebih jauh, yaitu yang disebut dengan mata hati atau mata nurani. Jika otak dikomandoi oleh aql atau nurani, maka buah fikirnya disebut dengan aqli, mekanisme berfikirnya disebut dengan berfikir yang aqliyah. Namun jika otak dikomandoi oleh nafs, maka buah fikirnya tidak bisa disebut dengan aqli, tetapi disebut dengan berfikir sembarang. Buah-buah dari berfikir yang aqli tidak pernah salah. Sementara buah-buah dari berfikir sembarang itu bisa salah, bisa juga benar.
Kemudian jika kita kaitkan dengan tingkat atau mutu dari pengetahuan yang bisa kita gapai, disana ada dua kotak besar jenis keilmuan. Yaitu ilmul khudur dan ilmul khusul. Ilmul khusul itu bisa diraih dengan daya fikiran, logika, rasional, filosofis. Ada ilmu lain yang tidak mampu diraih oleh fikiran,logika, rasional, filosifis, dan itu sifat ilmunya lebih tinggi, ilmu itu disebut dengan ilmul khudur. Ilmul khudur itu sering disebut juga dengan ilmu kehadiran. Ilmul khudur adalah ilmu yang basicnya adalah aql, alat pencerapnya adalah kesucian. Jadi berpikir hanya mampu untuk menggapai sesuai dengan ranah dirinya, koridor dirinya. Dia tidak mampu memasuki wilayah yang lebih tinggi yang disebut al-ilmul khudur.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |