Kontributor Topik:
Mbak Umi, Jakarta, 25 Juni 2009.
Penyiar: Dave Ameral.
Melanjutkan tentang pemahaman Siwo yang tadi mengenai semua agama essensinya baik. Lalu bagaimana kalau seandainya ada seseorang dari agama lain yang menawarkan sesuatu kebaikan kepada kita yang bukan pengikutnya. Misalnya saya beragama Islam, kemudian ada penulis buku ataupun seorang pendeta yang dia baik, yang kita merasa dia punya pemahaman-pemahaman terhadap kehidupan itu baik ataupun mengarah mengacu kepada tentang perbaikan, menawarkan tentang kehidupan yang lurus. Apa sikap kita untuk melihat seperti itu?
Jika yang ditawarkan adalah kebenaran, jika memang itu adalah kebenaran, maka kita harus menerima kebenaran itu dari manapun datangnya, bahka jika kebenaran itu datangnya dari musuh kita sekalipun kita harus tetap menerima kebenaran tersebut, karena kebenaran dari manapun datangnya tetaplah kebenaran. Namun jika kebaikan, apakah kita terima kebaikan itu dari manapaun datangnya? Iya, sepanjang kebaikan tersebut tidak mengganggu kebenaran. Manakala kebaikan itu bertentengan dengan kebenaran, maka nilai kebaikannya akan menjadi gugur, disitulah mungkin kita perlu pertimbangkan.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |