Kontributor Topik:
Mas Ismail Bayu, Purwakarta, 23 Juli 2009.
Penyiar: John Denim.
Bagaimana caranya untuk dapat beriman dan meyakini, lalau bersaksi bahwa Tuhan itu ada dan Muhammad itu seorang Nabi?
Lebih tinggi manakah antara iman dan yakin?. Prosesnya mana yang lebih dulu?. Iman itu ranahnya adalah ranah spiritual, kalau yakin itu ranahnya adalah ranah pemikiran. Yakin adalah setelah seseorang mendapatkan mengumpulkan data-data. Setelah data-data ada, kemudian dianalisa, semakin analisa itu tepat maka akan semakin baik. Setelah terjadi analisa dari data-data itu kemudian terjadilah penyimpulan, pada saat penyimpulan itu masih mengandung keraguan-keraguan disebut sebagai keyakinan sementara. Pada saat seluruh keraguan itu kemudian diatasi lagi dengan penambahan data dan faliditas analisa maka terjadi satu titik kesimpulan yang tidak memungkinkan titik yang lain masuk, jadi menjadi titik kesimpulan, itu yang disebut dengan yakin. Untuk mencapai tingkatan yakin harus melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dari wahm, kemudian menjadi syak, meningkat menjadi dzon, setelah dzon kemudian menjadi yakin. Dan itu semua ada pada tingkatan rasional.
Iman merupakan ikatan jiwa seseorang terhadap keyakinannya. Keimanan merupakan langkah lanjut dari keyakinan. Keimanan akan semakin kuat manakala keyakinan itu semakin dihidupkan didalam jiwa. Iman itu lebih tinggi dibandingkan yakin. Orang yang yakin belum tentu beriman, orang yang beriman tentu dia yakin. Jadi kalau pertanyaannya bagaimana dapat beriman lalu meyakini bahwa Alloh itu Tuhan? Itu menurut tata fikir saya pertanyaan tersebut terbalik, tata fikiran saya mengatakan sepanjang yang tahu bahwa yakin terlebih dahulu baru kemudian meningkat menjadi iman.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |