Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya.

APAKAH SEBAB AKIBAT? APAKAH ISLAM JAWA?

Kontributor Topik:
Mas Nahari, Kapuk, 23 Juli 2009.
Penyiar: John Denim.

Apakah sebab dan apakah akibat?
Tolong disharingkan mengenai Islam Jawa.




Salah satu hukum yang sangat terkenal dalam pembahasan hukum sunnatulloh adalah hukum sebab-akibat. Sebab dan akibat adalah salah satu hukum yang ada dalam seluruh keperiadaan makhluk, semua makhluk yang bersifat materi akan terbatasi dengan hukum tersebut. Tidak ada satupun eksistensi kemakhlukan yang tidak terikat oleh hukum itu. Sebab adalah sesuatu yang manakala dia ada maka dia akan menghasilkan akibat. Akibat adalah sesuatu yang dia adanya selalu didahului oleh sebab. Ada kaidah-kadiah dasar dalam filsafat dinyatakan bahwa akibatnya akibat adalah akibat juga bagi sebabnya. Akibat, dia berposisi sebagai akibat, tetapi sering akibat itu menerima turunan kadar dari sebab. Dan nanti ada hukum-hukum yang terkait pada masalah hukum sebab dan akibat, misalnya adalah setiap pertanggungjawaban itu ditumpukan kepada sebab akhir. Banyak kajian-kajian yang terkait dengan hukum-hukum yang ada pada hukum sebab-musabab ini. Kalau kita tidak teliti, kalau kita tidak hati-hati, kadang-kadang kita meloncat dari sebab langsung ke akibat jauh.

Hal ini terkait dengan suatu konsep yang beredar dimasyarakat bahwa setiap sesuatu yang ada pasti ada yang mencipta. Bumi ini ada, lalu siapakah yang menciptakan bumi? Alloh yang menciptakan bumi. Alloh ada, lalu siapakah yang menciptakan Alloh?. Dalam pertanyaan ini jika kita menggunakan konsep tersebut maka hasilnya akan ruwet dan tidak berujung. Namun jika kita renungi permasalah tersebut dengan menggunakan konsep hukum sebab-akibat maka kita akan menemukan titik permasalahannya. Titik permasalahannya adalah pada konsep yang salah. Dalam rumus sebab-akibat dinyatakan bahwa setiap akibat pasti bergantung kepada selain dirinya, bergantung kepada siapakah akibat tersebut? Akibat selalu bergantung kepada sebab. Setiap yang disebut sebab tetapi manakala dia masih bergantung kepada selain dirinya maka dia pasti akibat. Dalam hukum sebab akibat ada sebuah istilah yang disebut dengan sebab murni, yaitu sebab yang tidak tidak bergantung kepada selain dirinya. Sesuatu yang bisa tidak bergantung kepada selain dirinya hanyalah Tuhan.

Tentang Islam Jawa.
Saya tidak mengerti definisi pasti atau batasan pasti dari istilah ini. Islam yang jawa atau jawa yang Islam?. Men-jawakan Islam atau meng-Islamkan jawa?. Ini akan kita kaitkan kepada syar'i atau kita kaitkan kepada budaya?. Akan menjadi lebih rumit lagi kalau kita pecah menjadi: Apakah Islam itu, dan apakah jawa?. Islam dalam makna identitas atau Islam dalam makna ketasliman?. Batasan dari jawa, jawa yang mana?. Jadi kita banyak sekali yang harus kita fahami lebih dahulu. Karena tidak jelas batasannya maka kayaknya saya tidak bisa membahas, kecuali nanti Mas Nahar lebih membatasi apakah yang dimaksud Islam disitu dan jawa disitu.

Andai diantara teman-teman ada yang hendak sharing, mengkritisi atau mempertanyakan, silahkan call langsung ke 0817449295 (proXL) pada jam 10-12 WIB siang/malam. Mohon dimaafi, Email dan SMS kami nonaktifkan, karena tidak mampu melayani. (salam kami: siwo salatiga).
Bagi yang berkenan untuk SHARE ke FB, Tweeter, dll, dipersilahkan. Semoga berkah.