Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya.

APAKAH PENYAKIT JIWA ITU?

Kontributor Topik:
Mas Satriawati, Purwakarta, 26 Maret 2009.
Penyiar: Dave Ameral.

Kan ada fakultas penyakit jiwa itu. Sepakat nggak? Fakultas penyakit jiwa, kejiwaan itu. Penyakit jiwa itu apa sih Wo? Fakultas Kedokteran, berkaitan dengan kejiwaan. Penyakita jiwa gitu. Psikiatri itu. Penyakit jiwa itu apa ya?



Manusia itu punya jiwa dan raga, jadi kita bedakan dulu, penyakit jiwa itu bukan penyakit raga, iya kan. Jadi penyakit jiwa itu terkait dengan hal-hal yang masuk ke daerah jiwa itu. Naa, kalau penyakit jiwa apa ya? Itu bisa sangat luas definisinya, namun juga bisa dipersempit, tergantung darimana kita memandangnya. Sepanjang yang saya tahu, semua penyakit hati itu indikasi penyakit jiwa. Semua penyakit hati, suka iri, suka dengki, suka dendam, sulit memaafkan orang, egoisme, itu semua adalah penyakit jiwa dan bahkan itu disebut sebagai penyakit hati oleh bahasa-bahasa wahyu. Penyakit hati itu lebih serius dibandingkan dengan penyakit jiwa. Ada hati yang maridh (hati yang sakit). Yang ngeri itu adalah yang benar-benar sakit jiwa. Orang yang sakit jiwa itu tidak akan pernah merasa sakit jiwa. Kalau dia masih merasa sakit jiwa, itu berarti belum top sakitnya. Sama, dengan orang yang punya penyakit hati yang sudah akut, dia bangga dengan dosa-dosanya, dia sangat benci dengan kebenaran, begitu asik dia dengan kemaksiatan-kemaksiatan.

Sumber penyakit jiwa adalah egoisme Dibalik egoisme ada nuansa-nuansa iblis. Dan iblis itu hanya satu fungsingya, sentral fungsinya, yaitu merusak. Berbeda dengan malaikat, yaitu membangun. Orang yang suka cemberut, hati-hati, karena ada sinyal-sinyal iblis. Orang yang suka tersenyum maka bersyukurlah, karena dibelakangnya ada sinyal-sinyal malaikat. Sangat berbeda antara nuansa iblis dengan nuansa malaikat. Iblis selalu merusak sedangkan malaikat selalu membangun. Malaikat membangun melalui aql kita, melalui nurani kita. Iblis merusak kita melalui ego kita, melalui nafs kita. Nah, bagi seseorang, yang dia asyik dengan hal-hal yang merusak berarti dia menyiapkan dirinya untuk di backing sama iblis. Apapaun dalihnya, yang sifatnya merusak, yang sifatnya merugikan pihak lain, yang sifatnya memaksakan kehendak, apalagi sampai pembunuhan dan lain-lain maka hati-hati. Ciri khusus iblis adalah merusak, ciri khusus malaikat adalah membangun. Nah, kalau kita tidak suka dengan pembangunan, pembangunan spiritual, kita tidak suka dengan wahyu, kita tidak suka dengan nurani..., hemmm..., hati-hati aja.

Andai diantara teman-teman ada yang hendak sharing, mengkritisi atau mempertanyakan, silahkan call langsung ke 0817449295 (proXL) pada jam 10-12 WIB siang/malam. Mohon dimaafi, Email dan SMS kami nonaktifkan, karena tidak mampu melayani. (salam kami: siwo salatiga).
Bagi yang berkenan untuk SHARE ke FB, Tweeter, dll, dipersilahkan. Semoga berkah.