Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya.

Kisah-Kisah Inspiratif

Dengan MOTIFASI, kehendak seseorang bisa dibangkitkan, semangat bisa di-bara-kan. Dengan  IDE, seseorang mulai meggubah sesuatu menjadi karya baru, dan mencipta hal-hal baru. Dengan INSPIRASI, manakala ia datang, ia bisa merubah seseorang menjadi manusia baru.

Jika Anda punya kisah-kisah inspiratif, kemudian Anda tulis atau Anda sampaikan, dan bisa meng-inspirasi orang lain, yang dengan itu, dia menjadi manusia baru, yang lebih bermutu..., itu akan menjadi investasi Anda yang luar biasa. Akan menjadi tabungan yang hidup, berkembang, menebar tiada henti. Dan, bukanlah sekedar investasi harta benda (yang sekedar materi), namun ini adalah investasi spiritual, investasi yang bernyawa, investasi ruhani, investasi yang perkembangannya tak terbendung.

Investasi model ini bisa menjadi sebab terbentangnya jalur-jalur yang akan mengalirkan kita secara bertahap kepada  kedewasaan, ketenteraman, keindahan, kebahagiaan.

Dengan kian Fokus Tujuan, Waspada Niat & Konsentrasi Tugas.... Investasikan kisah-kisah inspiratif Anda. Tuliskan pada kolom komentar dibawah ini. MAU? Semoga hidup Anda kian diberkahi-Nya.

Semoga kita dipersaudarakan dalam Tuhan.
Salam hormat kami,
(siwo Salatiga).
_______________
Dalam planning, kami akan pilih satu, per pekan, dan kami bacakan di akhir acara BMKD.
Andai temen-temen banyak yang berpartisipasi, kami akan buatkan web tersendiri untuk ini.

Andai diantara teman-teman ada yang hendak sharing, mengkritisi atau mempertanyakan, silahkan call langsung ke 0817449295 (proXL) pada jam 10-12 WIB siang/malam. Mohon dimaafi, Email dan SMS kami nonaktifkan, karena tidak mampu melayani. (salam kami: siwo salatiga).
Bagi yang berkenan untuk SHARE ke FB, Tweeter, dll, dipersilahkan. Semoga berkah.

2-TESTIMONI:

Saya seorang ayah dgn 3 org anak. Pd thn 2007 sy bertemu dgn seseorang (sampai saat ini Beliau menjadi Pembimbing saya). Pada saat itu beliau menantang sy utk membuktikan kebenaran salah satu ayat di dlm Al Quran yg menyatakan bahwa Allah telah menjamin rizki thdp setiap mahluk ciptaan-NYA. Yaitu dgn cara melepaskan pekerjaan sy (pd waktu itu sy sbg legal pd salah satu group perusahaan yg bergerak di bidang pertambangan). Secara logika tantangan tsb tdk realistis, dimana sy hrs melepaskan kemapanan hidup sy. Ttp disisi lain, sy merasa tertantang dan stlh berdiskusi dgn isteri, diapun ternyata support utk melakukan hal tsb dgn konsekuensi siap menghadapi apapun yg akan terjadi. Singkat kt, sy berhenti bekerja & mengikuti perjalanan Pembimbing tsb, bahkan komunikasi dgn keluarga pun diputus, sy sempat bertanya bgmn seandainya anak/isteri sy sakit, Beliau menjawab dgn ekstrem, andai isteri/anak sy meninggal pun sy tdk boleh pulang, buktikan kecintaan kamu thdp Allah dan Rasullullah di atas segala-galanya. Singkat kata selama hampir 6 bln sy tdk komunikasi dgn keluarga, ternyata isteri & anak2 sehat dan terjaga rizkinya. Beliau mengajarkan apapun perbuatan sy se-mata2 sbg bentuk pengabdian (ibadah) terhadap-NYA. Beliau berpesan, bahwa utk bisa mengabdi thdp Tuhan, sy hrs bisa mengabdi thdp sesama & menghargai seluruh ciptaan-NYA. Hingga saat ini sy tdk bekerja scr formal, ttp anak2 sy tetap sekolah dan tdk pernah mengalami kelaparan, walaupun dalam menjalaninya tdk luput dr berbagai macam kesulitan, hujatan, bahkan hinaan, namun saya dan isteri menjalaninya sbg sebuah proses latihan kehidupan. Hikmah dari pembuktian salah satu ayat Al Quran tsb, kami meyakini kebenaran seluruh kandungan Al Quran, Subhanallah.

Bismillahirrahmanirrahim.
Saya ingin memberikan komentar terhadap kisah mas Ardi Lahardi, yang menurut saya hampir mirip dengan kisah beberapa teman yang menjalani laku serupa. Sebelumnya mohon maaf kalau ada kata-kata saya yang kurang berkenan.

Ada beberapa poin yang menurut saya patut digarisbawahi, misalnya mengenai kata 'rejeki' yang sejauh ini hampir selalu dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat materi, uang misalnya. Padahal rejeki kan bukan hanya itu.

Ada lagi yang mengganjal buat saya, apakah untuk membuktikan suatu ayat harus meninggalkan keluarga selama berbulan-bulan bahkan tanpa komunikasi sama sekali? Mungkin mas Ardi Lahardi bisa bilang, toh selama saya tinggalkan anak isteri dalam keadaan tidak kelaparan dan sehat-sehat saja. Tetapi bukankah rejeki tidak cuma itu? Lantas bagaimana tanggungjawab Anda untuk memberi rasa aman, kedamaian, pendidikan dll kepada keluarga? Anda pasrahkan begitu saja kepada Tuhan?

Di dalam sharingnya Siwo sering mengemukakan 3 validator mutu kedirian untuk mengukur apakah tindakan kita itu sudah benar atau belum. Pertama, harus benar tujuannya, kedua harus benar niatnya dan ketiga harus benar caranya. Dalam kasus mas Ardi Lahardi mungkin validator 1 dan 2 lolos, tapi nomer 3 menurut saya tidak karena sejauh yang saya tahu tugas utama seorang bapak adalah mendidik keluarganya dan selalu ada ketika dia dibutuhkan. Dengan meninggalkan keluarga dalam waktu lama apalagi tanpa komunikasi apakah fungsi seorang bapak bisa dicover? Menurut pendapat saya justru overlapping (meminjam istilah Siwo) yaitu meninggalkan yang wajib untuk mengejar yang tidak wajib.

Ini pendapat pribadi yg belum ada jaminan kebenarannya, mungkin saja saya salah. Namun setidaknya sampai saat ini itulah kebenaran yg bisa saya pahami yang wajib saya taati. Kita boleh berbeda pendapat koq, yang penting masing-masing selalu berproses agar semakin menyempurna. Sekali lagi mohon maaf jika kurang berkenan dengan tanggapan saya. Terima kasih.

Post a Comment

          Silahkan sumbangkan tanggapan, komentar, atau kisah Anda
          dengan menuliskannya pada kolom dibawah ini.
          Semoga berkah. Semoga semakin berkah.

          ________________

          Kualitas komentar Anda akan dinilai lebih bermutu di mata pembaca
          jika Anda menggunakan identitas "@gmail.com Anda" atau "Nama dan alamat website Anda",
          dibandingkan jika menggunakan "Anonymous (tanpa identitas)".
          Namun, itu semua kembali kepada pilihan Anda.