Kontributor Topik:
Mas Marno, Jakarta, 19 Maret 2009.
Penyiar: Jasson Blue.
Tempo hari pada Jum'at akhir Siwo, ini masih ada hubungannya dengan yang kemarin Siwo, tentang kebenaran. Seperti yang Siwo jelaskan, kebenaran ada dua, secara rasional dan spiritual. Nah, kebenaran spiritual seseorang, mampu meningkatkan kesadarannya, di tingkat ini kita akan merasakan kebenaran yang sama, ini tak garis bawahi. Lantas, disini ada ungkapan juga, jika ada beberapa orang yang mampu menembus alam ini, alam spiritual maksudnya, di waktu yang sama, maka mereka bisa mimpi yang sama secara serentak pula. Jika ada beberapa orang yang mampu menembus alam ini, alam spiritual maksudnya, di waktu yang sama, maka mereka bisa mimpi yang sama secara serentak pula. Iya, dan dalam tingkat ini fikiran bisa terjadi kominikasi. Tolong Siwo sharingnya. Terimakasih.
Ada kebenaran rasional, ada kebenaran spiritual. Kebenaran rasional itu pasti berbeda-beda sesuai latar belakang personal masing-masing, sementara kebenaran spiritual itu cenderung mengarah kepada yang lebih sama.
Di antara ilmu-ilmu spiritual yang menyentuh kepada alam-alam wahyu itu antara lain adalah mimpi yang benar. Tentu ini berlaku bagi mimpinya orang-orang suci.
Ada orang-orang tertentu yang sebegitu tinggi pensucian spiritualnya sehingga bukan lagi dia keinginannya sudah suci, bukan lagi dia sudah bisa meluruhkan egoismenya, tetapi bahan-bahan atau kecenderungan-kecenderungan untuk keinginan buruk itu sudah tidak ada, jadi keinginannya selalu baik, kehendaknya selalu baik, egoismenya selalu luruh di dalam ketauhidannya. Nah, orang yang lebih tinggi dari itu bahkan mimpinya pun tidak pernah ada yang buruk. Jadi orang-orang yang suci yang kemudian dia disucikan oleh Allah itu sampai kepada akar-akar penyebab keburukan, sampai akar penyebab keburukannya di tiadakan, pribadi-pribadi yang seperti itu, pada saat dia bermimpi maka mimpinya akan mempunyai makna yang tidak seperti mimpi kita.
Ada suatu kisah, yang kisah ini sangat monumental, ada seseorang yang bermimpi dan dalam mimpinya itu dia mendapatkan perintah untuk membunuh anaknya, pasti tahukan itu mimpinya siapa... Sebetulnya dibalik orang ini ada siapa sih? Ada malaikatkah, atau jangan-jangan iblis? Masa' ada ya malaikat kok membawa perintah Allah untuk menyembelih anaknya, masa' ada sih? Ahh.. ini jin mungkin... Atau jangan-jangan iblis...
Mimpinya orang suci itu adalah di antara nuansa-nuasa kewahyuan. Ya, itu saya punya pemahaman seperti itu. Kalau Allah menghendaki mimpi yang sama pada orang-orang suci itu maka akan terjadi mimpi yang sama. Kalau Allah tidak menghendaki mimpi itu maka tidak akan terjadi.
Saya sepakat kepada mas Marno, tapi ada yang berbeda, yaitu bahwa tidak pasti mimpinya sama kecuali kalau Allah menghendaki seperti itu.
Kita sudah mengenal ada transfer tenaga dalam, ada transfer energi, ya.. transfer spiritual juga ada, meskipun saya hanya tahu judulnya doang, transfer spiritual kayak apa yaa.. asik dong kalau kita bisa di transfer spiritual. "Wahai malaikat Jibril, tolong aku di transfer spiritual" wah, asik itu.. Mudah-mudahan kita bisa sampai ke hal-hal seperti itu. Kita sebetulnya setiap saat di dampingi oleh malaikat, tapi juga jangan lupa kalau setiap saat kita juga di incar oleh iblis. Nah, kalau kita mempunyai syarat-syarat tertentunya sehingga kita bisa mendapatkan transfer spiritual melalui nurani kita, kan jauh lebih asyik dari pada transfer yang dari iblis. Kayaknya begitu.
Mencari nafkah adalah bagian dari Perintah Tuhan. Manakala berbisnis dalam rangka melaksanakan perintah tersebut, maka bisnis bukan lagi sekedar menghasilkan uang, namun lebih dari itu, ketenteraman hati pun akan otomatis mengiringinya. Bisnis adalah salah satu medan penghambaan kita kepada Tuhan. Sedangkan laba atau rugi hanyalah sebuah konsekuensi logis sebagai akibat yang mengikutinya. Dengan demikian, sepanjang tujuan niat dan caranya benar, maka tidak ada kata gagal dalam bisnis kita. Ruginya baik, apalagi labanya. |